Selasa, 22 Februari 2011

manusia dan kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

1. Hakekat Manusia

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing – masing dan untuk orang di sekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini.
Manusia diturunkan ke bumi oleh Tuhan agar dapat menjadi khalifah dan pemimpin. Menghuni bumi yang kita tinggali sekarang ini untuk melanjutkan hidup sebelum kembali kepada-Nya. Salah satu hakekat manusia lainnya ialah manusia sebagai makhluk sosial, hidup berdampingan satu sama lain, berinteraksi dan saling berbagi.
dan juga manusia di sebut mahluk yang paling mulia di muka bumi ini tidak ada yang menyamai sosok seperti manusia di muka bumi ini.dan pada akhirnya manusia tidak bisa menyadari itu semua karna manusia bisa nya hanya tersenyum melihat penderitaan orang lain.
dan juga manusia memilikiRasa merupakan sesuatu yang bersifat universal. Artinya, semua manusia bagaimanapun latar belakang dan budayanya tentunya mempunyai penghayatan, pemahaman, persepsi dan wawasan tertentu sekitar rasa.
Di antara sekian ragam budaya dan kepercayaan yang ada di dalam sejarah dunia ini, terdapat beberapa unsur persamaan dan perbedaan tentang penghayatan dan pemahaman soal rasa itu sendiri. Perbedaan itu mungkin bisa dilihat sebagai perbedaan aksentuasi terhadap beberapa aspek rasa.
Dengan demikian, dalam rasa itu sendiri terdapat beberapa ciri atau kekhasan-kekhasan tertentu. Dalam budaya jawa misalnya rasa merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang amat luhur.

2. Kepribadian Bangsa Timur

Manusia mendiami wilayah yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur.Kita di Indonesia termasuk ke dalam bangsa Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang – orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa Timur yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain. Meskipun begitu, kebanyakan bangsa Timur masih tertinggal oleh bangsa Barat dan Timur Tengah.itu karena kepribadian bangsa timur yang bersifat ramah dan sopan sehingga tidak ingin mengikuti keptribadia bangsa lain shingga bangsa timur cukup jauh ketinggalan dengan bangsa lain.

3. Bagan Psiko-Sosiogram Manusia


Nomor 7 dan 6 disebut sebagai daerah tak sadar dan sub sadar. Tak sadar karena memang sudah tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri. Sub sadar karena sewaktu – waktu unsur – unsur yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari – hari. anger

Nomor 5 disebut kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran – pikiran dan gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun yang dapat mengetahuinya. Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan. kebalikan dari nomor 5, ini berarti manusia mengungkapkankepada orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan. Tidak selalu manusia yang lain juga melainkan benda, atau makhluk hidup lain pun bisa berada pada lingkaran ini. Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan pembeli. money
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal. Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai.

4. Definisi Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.

5.Tujuh unsur kebudayaan universal

1. Sistem Religi

Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa dan juga mengetahui bahwa ada nya kematian dan adanya kehidupan kedua di akhir kematian itu.

2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu mengembangkan masyarakat sekitar sehingga terkordinir kemasyarakatan yang baik

3. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem – Sistem Ekonomi

Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih sehingga manusia menginginkan berlebih-lebihan sehingga manusia tidak memiliki hawa nafsu byang sangat besar

4. Sistem Teknologi dan Peralatan

Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain sehingga manusia pada akhirnya hanya bisa bersantai-santai karena manusia memiliki teknologi dan peralatan yang bagus dan dapat menimbulkkan manusia yang tidak bisa bekerja atau di sebut nya manusia pemalas.

5. Bahasa

Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.bkn hanya itu bhsa juga sudah semakin canggih dengan menggunakan singkatan kata-kata misalnya dalam sms yang dikirim melalui hendphone dan semacam nya.

6. Kesenian

Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.dan bisa juga manyenangkan,setiap hari manusia meski bekerja kesana kemari maka manusia harus memiliki hiburan sehingga manusia tidak stres dan bisa meripreskan otak manusia kebali

6.Tiga Wujud Kebudayaan Menurut Dimensi Wujudnya

A. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia

Kebudayaan yang muncul dan hidup karena adanya gagasan – gagasan baru, konsep yang matang serta buah dari pikiran yang kreatif. Wujudnya dapat ditemukan dalam sebuah buku – buku, arsip dan sebagainya.

B. Kompleks aktivitas


Diambil dari http://kfk.kompas.com/system/files/imagecache/sfk_preview_600x600/Aktivitas_Pasar.jpg

Aktivitas manusia dengan lingkungan sekitar dalam kegiatan sehari hari dari waktu ke waktu memunculkan sesuatu untuk diabadikan, difoto dan juga diobservasi.

C. Wujud sebagai benda

Aktivitas manusia sehari – hari umumnya dilakukan dengan menggunakan benda sebagai sarana dan prasarana. Dari situ lahir kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkret, bisa bergerak maupun tidak.




"pokok utamanya"
manusia harus bisa bersyukur terhadap kebudayaan yang di lakukan nya karena jika manusia tidak memiliki kebudayaan maka manusia tidak akan mengetahui apa yang mnausia akan lakukan contoh nya manusia yang masih menjaga budaya nya adalah suku baduy yang terletak di jawa barat mereka masih menjaga adat istiadatnya sehingga mereka tidak tau apa itu handphone apa itu facebook,karena mereka tidak ingin mengetehuinya karena mereka masih menjaga adat istiadat daerah mereka.

saya mencari contoh datanya dari www.kompas.com

untuk memenuhi tugas ilmu budaya dasar
nama:rahmat supandi
npm :25110580
kelas:1kb01

Kamis, 28 Oktober 2010

homo homini socius dan lupus

Homo Homini Socius & Homo Homini Lupus
Homo Homini Socius
Pada dasarnya manusia itu saling terhubung dengan manusia lainnya dan saling membutuhkan antara manusia satu dengan yang lainnya . Yang biasa disebut makhluk sosial, yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain yang ada disekitarnya. Dalam hal ini manusia saling keterikatan, Manusia akan selalu hidup bersama dan berdampingan dengan manusia lainnya dari sejak lahir sampai tua mereka membentuk suatu kelompok yang disebut masyarakat. Jadi pengertian Homo Homini Socio adalah Manusia sebagai makhluk sosial. Adapun ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama sesamanya dinamakan ilmu sosiologi.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia mempunyai etika dalam berinteraksi antara yang satu dengan lainnya tidak pandang kecil, dewasa, dan tua manusia itu. mulai dari perilaku, kesopanan, tingkah laku maupun komunikasi. Dalam hal ini manusia sudah mempunyai bekal perilaku yang tertanam saat ia dilahirkan dibumi, dari perilaku tersebut nantinya akan berkembang selaras dengan pertumbuhannya. Manusia juga mempunyai aturan/pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Aturan dalam bahasa yunani kuno disebut nomos. Tanpa adanya aturan dalam diri manusia maka kehidupan mereka dalam kesehariannya pasti tidak akan terkendali dan tidak mempunyai arah tujuan hidupnya kedepan.
Homo Homini Lupus
Manusia itu serigala bagi manusia lain yang dimaksud dengan Homo Homini Lupus, dalam arti luas manusia orang lain dianggap bukan sesamanya atau sahabatnya melainkan musuhnya. Contoh seperti maraknya penculikan, pembunuhan, mutilasi, premanisme yang mewabah, pencurian maupun tindak kejahatan lainnya dinegara kita ini. Hal tersebut mencerminkan manusia sewaktu-waktu dapat berubah menjadi buas seperti serigala jika dalam dirinya terdapat rasa tidak puas, iri, benci dengan manusia lainnya dikarnakan manusia tersebut malas dan tidak mau berusaha untuk sesuatu yang ia inginkan. Dalam hal ini manusia melakukan tersebut juga karna ambisi dan hawa nafsu yang tidak dilandasi dengan aturan hidup yang benar, sehingga mereka melakukan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan dalam bermasyarakat.

Rabu, 27 Oktober 2010

manusia yang tidak puas

MANUSIA YANG TIDAK PUAS DI ANTARA SIKAP IFRATH DAN TAFRITH

Ahlusunnah - Diantara sikap Ifrath dan Tafrith
Penulis: Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Aqidah, 12 Juli 2004, 01:39:31
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menggurat sebuah garis dengan tangannya seraya mengatakan inilah jalan Allah yang lurus. Setelah itu, di samping kiri dan kanan garis yang digurat tadi, beliau membuat guratan-guratan lain, lantas beliau katakan : Inilah berbagai jalan yang tiada satu jalan pun padanya melainkan setan pasti mengajak kearah jalan itu. adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Al-Hafidz Ibn Katsir menukilnya dari Imam Ahmad saat menafsirkan ayat tersebut dalam kitab tafsirnya yang terkenal Tafsir Al Quran Al Adhim sebagai berikut: Peristiwa di atas adalah berita kenabian yang umat seharusnya mengambil pelajaran daripadanya. Kita diperintahkan untuk berpijak dengan kokoh di atas jalanNya serta sabar untuk tidak tergoda mengikuti jalan yang tidak dibimbing dan diridhai-Nya.

Sungguhpun demikian pada kenyataannya banyak manusia yang tersesat dalam dua kutub ekstrem, Ifrath (berlebih-lebihan) dan Tafrith (lawannya, meremehkan/bermudah-mudahan).

Ifrath adalah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan agama ini. Sedemikian semangatnya, hingga tidak disadari apa yang diamalkan tersebut menambahi apa yang telah dicukupkan Allah dan RasulNya dari agama ini. Ketika menjelang berakhirnya Khulafaur Rasyidin, muncul sekelompok manusia yang tidak puas atas perundingan yang dilakukan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka berdua dituduh tidak berhukum dengan hukum Allah oleh kelompok itu. Kelompok tersebut kemudian memisahkan diri dari kaum muslimin pada saat itu dan berdiam diri di suatu daerah yang bernama Haruri. Mereka meneror kaum muslimin yang berpihak kepada Ali bin Abu Thalib dan Muawiyyah.

Mereka merencanakan pembunuhan kepada keduanya karena telah dianggap kafir dengan alasan tidak berhukum dengan hukum Allah. Jargon mereka saat itu adalah Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum yang Allah turunkan : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik
Namun Ali bin Abi Thalib jeli dan mengomentari ucapan mereka bahwa hal itu adalah kalimat yang haq, tapi yang dimaukan adalah kebatilan. Yakni mereka dengan ayat itu mengkafirkan kaum muslimin yang berbuat dosa besar.

Pada akhirnya Imam Ali menumpas mereka semua. Namun sebelumnya beliau mengutus Abdullah bin Abbas, seorang sahabat yang dikenal alim. Didapati oleh Ibnu Abbas orang-orang tersebut kurus karena seringnya berpuasa, kuning pucat karena banyaknya terjaga (sholat) di malam hari dan jidatnya hitam legam dari banyaknya mereka bersujud. Setelah berdialog dengan Ibnu Abbas, sebagian besar di antara mereka sadar dan kembali pada barisan kaum muslimin dan sebagian yang lainnya tetap dengan keyakinannya. Ali bin Abi Tholib memimpin sendiri penyerbuan ke kampung tersebut dan tidak dibiarkan hidup satu orangpun di antara mereka.

Ada yang mengagetkan Ali bin Abi Tholib dalam peristiwa tersebut, yaitu ciri-ciri mereka ternyata sesuai dengan apa yang pernah dikatakan Nabi dulu, saat berlangsungnya pembagian pampasan perang paska Fathu Makkah. Saat itu ada kericuhan yang dipicu oleh protesnya seseorang yang bernama Dzul Khuwaisirah kepada Nabi agar Nabi berbuat adil. Kekurangajaran orang tersebut kepada Nabi memancing Umar bin Khattab menghunus pedang untuk membunuhnya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalammelarangnya, tapi beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam mentahdzir (memperingatkan umat) bahwa pada keturunan orang ini kelak akan ada sekelompok manusia yang membaca al-Quran hanya sebatas tenggorokannya saja.

Mereka keluar dari Islam seperti anak panah yang tembus keluar dari binatang buruannya, yakni masuk dari satu sisi keluar dari sisi lain. Juga disebutkan ada tanda tertentu pada ketiak mereka. Ketika tanda-tanda tersebut didapati oleh Ali bin Abi Thalib pada mereka, beliau kata-kan: “Ini adalah sejelek-jelek bangkai di kolong langit!” Itulah golongan khawarij, ke-lompok ekstem pertama pada masa permulaan Islam.

Ditumpas habisnya kelompok ini bukan berarti hilang sama sekali keberadaannya. Pemikirannya terus berkembang seiring dengan berubahnya zaman. Ketika kekecewaan menggumpal melihat kinerja pemerintah, kesewenang-wenangan menjadi kenyataan hidup, ketidakadilan merupakan bagian dari penegakan hukum dan ketika memahami agama Allah tidak seperti yang diamalkan oleh para pendahulu umat ini, embrio Khawarij akan berkembang seperti cendawan pada musim hujan. Kita tidak perlu menutup-nutupi karena kenyataan itu ada di tengah-tengah umat ini.

Ketika orang-orang yang bukan kelompoknya dianggap kafir, pemerintahan yang berbuat korup, melegalkan kemaksiatan, dan tidak menjadikan hukum Allah sebagai satu-satunya hukum dianggap kafir, maka yang terjadi adalah melakukan perlawanan dan menghalalkan darah kaum muslimin. Bagi kelompok ini, merampas harta kaum muslimin yang bukan kelompoknya, mencederai mereka, meledakan bom di tengah-tengah mereka adalah tindakan yang halal.

Sedangkan berjuang untuk kesemuanya itu, atau bahkan mati di dalamnya adalah aksi syahid yang heroik dan membanggakan. Jangan harap ada rasa bersalah pada mereka, yang ada adalah penuh percaya diri seraya mengepalkan tinju ke langit sambil berteriak: Allahu Akbar!

Bagaimana sesungguhnya sikap kita yang benar terhadap pemerintahan kaum muslimin yang tidak menegakkan hukum Islam sebagai satu-satunya hukum bagi rakyatnya?

Perhatikanlah bagaimana sikap imam Ahlus Sunnah, Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah terhadap pemerintahnya. Beliau ketika dipaksa oleh pemerintahan Al Watsik – yang pada saat itu berideologi Mu’-tazilah - untuk mengatakan Al Qur’an adalah makhluk bukan kalamullah sebagaimana keyakinannya dan keyakinan salafus shalih. Beliau menolak untuk mengucapkan kata-kata tersebut, meskipun beliau harus rela menerima cambukan dan dimasukkan dalam penjara. Apakah beliau melakukan pemberontakan? Tidak. Umat saat itu mulai resah, mereka datang kepada sang Imam meminta izin untuk melakukan pembelaan dan perla-wanan dengan kekuatan yang mereka yakini bisa menggulingkan Al Watsik. Tapi sang Imam tidak bergeming dengan aspirasi yang mereka sampaikan. Sebaliknya Imam Ahmad menasehati mereka dengan nasihat sebagaimana yang diucapkan oleh pendahulunya yakni, Nabi, para sahabat, tabi’in dan para imam setelahnya:
Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan ta’at kepada )penguasanya) pada apa yang ia cintai dan ia benci, kecuali jika ia diperintahkan untuk bermaksiat. Jika ia diperintahkan untuk berbuat maksiat, maka janganlah mendengardan taat kepadanya. (HR. Bukhari Muslim)

Imam Ahmad menyadari sepenuhnya tentang betapa pentingnya arti sebuah ketaatan kepada pemerintah. Sebab jika sebuah pemerintahan digulingkan dengan cara-cara yang tidak syar’i, yang akan muncul adalah pemerintahan rapuh tak memiliki wibawa.

Jika itu terjadi, yang paling menderita adalah masyarakat secara luas. Dalam konteks inilah, Imam Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,
Jika aku memiliki doa yang dipastikan terkabulnya, niscaya aku akan berdoa untuk kebaikan penguasa.

Dengan baiknya penguasa, niscaya kebaikan itu akan dinikmati masyarakat luas. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menukilkan sebuah riwayat dalam buku as-Siyasah asy- Syar’iy-yahnya:.
Enam puluh tahun dibawah penguasa yang jahat lebih baik dari pada sehari tanpa pemerintahan.

Cara berfikir ulama memang berbeda dengan orang awam apalagi para politikus yang lebih mementingkan diri dan kelompoknya.

Orang-orang besar terdahulu memberikan teladan kepada kita, pemerintahan yang represip, tidak menjalankan hukum Allah, korup dan sebagainya bukan sebuah alasan untuk melegalkan pembangkangan dan memusuhinya. Demikianlah Sikap Ifrath yang terjadi pada kelompok khawarij dan para penerusnya.

Adapun Tafrith, adalah sikap yang bermudah-mudah terhadap perkara agama ini. Sikap ini paduan dari cara berfikir liar dan kemalasan dalam beramal.

Sikap tafrith inilah yang mengantarkan pada sebuah prinsip liberal: “Cara pandang umat Islam pada agamanya harus seperti cara Barat dalam memahami agama mereka”, yaitu mereka memandang agamanya dengan mendahulukan keraguan akan keotentikan teks-teks agama mereka. Inilah yang dijejalkan orientalis kepada umat Islam yang kemudian diamini oleh para pengikutnya di kalangan umat Islam. Hal lainnya adalah bagaimana agar Barat dan komunitas non-Islam tidak merasa terganggu dengan keislaman kita.

Islam yang ingin ditampilkan adalah Islam yang toleran, tidak marahan dan Islam kalahan. Ketika barat membicarakan kesetaraan gender, para ahlut Tafrith sibuk mencari dalil yang dimaukan kendati harus menggusur prinsip-prinsip agama ini. Ketika Barat gerah dengan semakin banyaknya umat Islam yang konsekuen untuk beramal dengan agamanya, mereka melemparkan wacana normatif dan esensial.

Mereka mencontohkan tetang Jilbab, sholat atau nikah sesama muslim itu kan normatif, yang penting kan hatinya. Yang terjadi kemudian adalah pembolehan terhadap semua yang dianggap normatif. Kesibukan berdiskusi hingga meninggalkan sholat, atau adanya sebuah Yayasan Wakaf di Jakarta yang memprakarsai bahkan sekaligus tempat penyelenggaraan kawin-campur antar agama. Masih belum puas, diluncurkanlah buku yang bertajuk fikih lintas agama dengan tujuan itu tadi, supaya bisa diterima oleh komunitas non muslim.

Sebagai sebuah agama, Islam telah lengkap dan sempurna. Keberadaannya tidak perlu ada penambahan dan pengurangan. Dalam amar maruf nahi munkar, penegakan syariat dan prinsip utama lainnya semuanya telah ada contoh dan bimbingan yang sempurna.

Adalah kewajiban setiap muslim untuk menegakan syariat agama ini pada dirinya, lingkungannya, masyarakatnya dan negeri-nya.

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 85)

Sungguhpun demikian, itu bukan segala-galanya. Tujuan utama hidup ini adalah beribadah kepadaNya dan tidak menyembah selainNya. Inilah misi dakwah para Nabi tatkala mereka diutus oleh Allah di muka bumi. Kaidah ushul mereka yang berujung pada makna “Tidak akan bisa syariat ditegakkan, kecuali dengan merebut kekuasaan dan memegang tampuk kepemimpinan”, hanya akan berakhir pada kesia-siaan, jika umat dalam keadaan terpuruk pada kesyirikan dan penyembahan kepada selain Allah. Jika umat dalam keadaan menerima tauhid secara utuh, maka dengan sendirinya mereka akan memilih pemimpin yang baik, bukan pemimpin yang rakus, apalagi rakus kedudukan yang mengatasnamakan agama dan keadilan.

Inilah jalan tengah yang dikehendaki Allah yang kita wajib mengikutinya. Jalan ini steril dari kepentingan apapun kecuali untuk mengikuti bimbingan-Nya. Bersih dari tendensi kekuasaan dan tegak bukan untuk menyenangkan komunitas di luar Islam.

Dengannya tereliminir perpecahan yang saat ini memang sedang getol dibangun para politikus kita. Wallahu a’lam.

(Dikutip dari Bulletin Dakwah Manhaj Salaf edisi 11/Tahun I tgl 14 November 2003, penulis Ustadz Muhammad Umar As Sewed, judul asli "Ahlussunnah, diantara Ifrath dan Tafrith". Risalah Dakwah MANHAJ SALAF, Insya Allah terbit setiap hari Jum’at. Infaq Rp. 100,-/exp. Pesanan min. 50 exp di bayar di muka. Diterbitkan oleh Yayasan Dhiya’us Sunnah, Jl. Dukuh Semar Gg. Putat RT 06 RW 03, Cirebon. telp. (0231) 222185. Penanggung Jawab: Ustadz Muhammad Umar As-Sewed; Redaksi: Muhammad Sholehuddin, Dedi Supriyadi, Eri Ziyad; Sekretaris: Ahmad Fauzan; Sirkulasi: Arief Subekti, Agus Rudiyanto, Zaenal Arifin; Keuangan: Kusnendi. Pemesanan hubungi: Arif Subekti telp. (0231) 481215.)
Silahkan menyalin & memperbanyak artikel ini dengan mencantumkan url sumbernya.
Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=726